Pada
zaman Nabi Musa a.s dikisahkan ada seorang
lelaki yang meninggal dunia. Saat itu kaum Bani Israil tidak mau menguburkan
jasadnya dan membuangnya di sebuah tempat sampah. Kemudian Allah SWT berfirman
kepada Nabi Musa a.s, “Wahai Musa sesungguhnya
telah wafat kekasihKu di sebuah tempat sampah dan ia tidak dimandikan,
dikafani dan dikuburkan. Maka carilah engkau dan mandikanlah, lalu kafanilah
dan kuburkanlah”.
sumber:
inspirasi-santri.blogspot.com
Bergegas
Nabi Musa a.s mencari lelaki tersebut sesuai petunjuk yang Allah berikan. Kemudian
saat bertemu dengan beberapa orang, Nabi Musa a.s menanyakan perihal lelaki
tersebut. Orang-orang tersebutpun mengabarkan bahwa lelaki tersebut hanyalah
orang yang fasik dan dilaknat karena telah sering berbuat dosa. Lantas Nabi
Musa meminta petunjuk arah dimana letak jasadnya dan orang-orang tersebutpun
menunjukkannya.
Nabi
Musa a.s setelah menemukan jasad lelaki itupun terheran-heran, bingung akan
berita yang diceritakan oleh orang-orang. Kemudian Nabi Musa a.s bermunajah
kepada Allah SWT akan kebingungan yang menimpanya. Nabi Musa berkata, “Wahai
tuhanku, engkau memerintahkanku untuk menguburkan jasad lelaki ini sedangkan
orang-orang menyaksikan bahwasanya lelaki ini adalah lelaki yang berbuat dosa”.
Kemudian
Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa a.s dan berfirman, “Wahai Musa, sesunggahnya
benar apa yang dikatakan oleh kaummu akan tetapi lelaki ini ketika meninggal
dunia meminta pertolongan kepadaku dengan tiga hal yang seandainya semua orang
yang berbuat dosa meminta sepertinya maka aku akan mengabulkannya dan bagaimana
Aku tidak memberi rahmat kepadanya sedangkan Aku adalah sebaik-baik dzat yang
memberikan rahmat”.
Nabi
Musa kemudian melanjutkan pertanyaannya, “Wahai tuhanku, apakah ketiga hal tersebut”. Allah berfirman,
“ Saat dekat ajalnya, lelaki tersebut berdoa, “Wahai tuhanku Engkau maha
mengetahui apa yang ada dalam hatiku dan aku telah melakukan dosa akan tetapi
aku tidak menyukai maksiat yang telah aku lakukan dan di dalam diriku telah berkumpul
hawa nafsu, teman-tempatku yang mengajak kejelekan dan si iblis laknatullah
maka ampunilah aku ya tuhanku”. Kemudian ia berdoa kedua kalinya, “Wahai
tuhanku, engkau mengetahui jika aku melakukan maksiat dan tempatku adalah
bersama dengan orang-orang yang fasik akan tetapi aku mencintai orang-orang
yang berbuat amal saleh dan berkumpul dengan mereka lebih aku cintai dari pada
berkumpul dengan orang-orang fasik”. Ketiga kalinya lelaki itu berdoa, “Wahai
tuhanku engkau mengetahui jika aku mencintai orang-orang yang sholih dan
seandainya datang dua orang yang satu sholih dan yang satu tidak sholih maka
aku akan memberikan hajatnya dan memuliakan orang yang sholih tersebut”.
Kemudian
Allah berfirman, “Dengan sebab inilah Aku mengampuninya dan merahmatinya
terkhusus kepada orang-orang yang mau mengakui dosa-dosanya dihadapanKu oleh
karenanya lakukanlah apa yang Aku perintahkan dan sampaikanlah kepada kaummu
sesungguhnya Aku mengampuni dosa-dosa orang yang mau menyolatinya dan
memakamkannya”.
Semoga
kita dapat mengambil hikmah dari kisah diatas dan hanya Allah lah yang maha
pengampun dan maha pemberi rahmat kepada hamba-hambanya dan tidak yang mengetahui
akhir hidup seorang hamba kecuali Allah SWT. Wallahu A’lam. Baca juga KISAH TAUBATNYA IBROHIM BIN ADHAM.
Refrensi:
Kitab Al-Mawa’idz Al-Usfhuriyyah
Posting Komentar untuk "WALI YANG TERBUANG DI ZAMAN NABI MUSA"
Mohon berkomentar dengan memakai kata-kata yang baik dan sopan.